Kembalinya Penguasa Kegelapan
Cerpen Peri-Peri Xar & Vichattan
Karya: Heri Suwarno
Semua peri
sibuk berbenah. Mereka berterbangan kesana-kemari, hilir mudik dengan
tugasnya masing-masing. Pemandangan di udara dipenuhi oleh berbagai jenis peri
dengan kelap-kelip ajaib yang bertebaran di sekitar tubuh mereka saat terbang.
Sungguh pemandangan yang sangat menakjubkan.
Empat remaja
sedang menuju mata air peri. Mereka adalah Dalrin, Antessa, Kara, dan
Gerome, pewaris takhta cahaya. Mereka ditugaskan untuk membantu peri-peri
penghuni mata air peri dan belajar sihir pengendalian elemen alam.
Negeri peri berseberangan dengan negeri cahaya. Antara kedua negeri tersebut
dibatasi oleh tabir tipis. Di hutan cahaya terdapat salah satu celah yang
menghubungkan kedua negeri itu. Dulu ketika ingin membangun kembali kuil
cahaya, mereka pernah menembus tabir ini.
---
Jauh ke timur
laut dari mata air peri terdapat hutan belantara tempat tinggal peri tumbuhan
yang disebut hutan Plantaria. Di tengah hutan ini terdapat sebuah pohon raksasa
yang menjulang tinggi, pucuknya tak terlihat karena tertutup awan. Pohon ini
merupakan pusat kerajaan peri tumbuhan. Peri-peri tumbuhan hilir mudik memetik
buah yang berisi benih dari dahan-dahan pohon itu, kemudian menyebarkannya
ke wilayah hutan yang rusak karena dampak perang antara kuil cahaya
dengan kuil kegelapan waktu itu.
“Ayo, cepat!
Waktu kita tidak banyak lagi, musim gugur akan segera tiba,” seru seorang peri
yang berdiri di pintu masuk ke rongga pohon raksasa.
“Sudahlah Arbustus,
jangan terlalu khawatir, masih ada waktu,” sahut peri lain mencoba menenangkan.
“Kalau tidak segera diselesaikan
aku takut upacara pergantian musim akan kacau. Ini semua gara-gara peri gila
itu,” Arbustus kesal karena mengingat Frigus, peri kegelapan yang mengacaukan
negeri peri ini. Tiap kali dia kesal, bunga-bunga di tubuhnya kembang-kempis
dan daun-daun yang menempel pada pakaiannya meregang.
Setelah Sero
Plantorum meninggal, Arbustus Plantorum menjadi pemimpin pengganti. Dia
bertugas melindungi Kristal Grow Green. Kristal berwarna hijau itu merupakan
sumber energi kehidupan di hutan Plantaria ini.
Sementara itu di air terjun Riverfall, peri-peri air sibuk memurnikan
aliran air. Banyak binatang dan tumbuhan air yang mati. Untuk memurnikan aliran
air terjun yang luas ini dibutuhkan kerja keras. Para
peri air harus mengumpulkan air mata mereka, kemudian mencelupkan Kristal Holy
Tear kedalam air mata tersebut. Baru setelah itu mereka dapat memercikkan air
mata ajaib tersebut ke penjuru air terjun Riverfall yang tercemar.
Kristal Holy Tear
melambangkan kesucian dan kemurnian, batu itu terbentuk dari air mata leluhur
peri air yang kemudian membeku. Kristal Holy Tear sebening air dan memendarkan
cahaya biru. Kini batu suci itu dijaga oleh Frida Aqua, keturunan Unda Aqua
sang pemimpin peri air yang tewas dalam perang di Kuil Cahaya waktu itu.
Di lembah Shine Valley,
peri-peri cahaya tak kalah sibuknya. Banyak bangunan rusak dan hancur. Bahkan
menara utama runtuh dan Kristal Heaven Star yang biasanya bertengger di puncak
menara jatuh dan terbelah menjadi dua. Keadaan ini membuat lembah cahaya
kehilangan pusat cahaya. Hanya beberapa menara yang tersisa dan masih menerangi
lembah ini. Pemimpin baru belum ada, maka dua saudara kembar keturunan pemimpin
terdahulu secara otomatis menjadi pewaris dan bertanggung jawab menjaga
kepingan Kristal Heaven Star, mereka adalah Pedro Lucis dan Niteo Lucis.
Sedangkan
wilayah peri yang lain tampaknya tidak terlalu sibuk. Peri udara
dan peri tanah telah menetapkan siapa pemimpin pengganti. Ventosus Flaman
terpilih sebagai pemimpin peri udara dan bertugas menjaga Kristal Melody Storm
karena suaranya paling merdu. Dan Solum Humus terpilih sebagai pemimpin peri
tanah dan bertanggung jawab menjaga Kristal Strong Soul karena dia adalah peri
terkuat di Rock Stone. Sedangkan di kawah Grand Flame terjadi persaingan antar
peri api untuk menjadi pemimpin karena sifat mereka yang suka
mengunggulkan diri sendiri. Tetapi akhirnya masalah ini dapat
terselesaikan dengan cara kompetisi. Dari kompetisi itu terpilihlah Exuro
Flamma sebagai pemimpin dan penjaga kristal merah bernama Flare Spirit.
Sementara
itu, jauh ke barat dari mata air peri, di dasar sebuah jurang bernama Black Canyon
yang selalu tertutup awan dan kabut hitam, sosok misterius berjubah hitam
sedang mencoba mengambil sesuatu. Dia mengucapkan mantra yang aneh. “
Wahai
kristal Dark Scream, lenyapkanlah sisa-sisa cahaya dalam hatiku, penuhi
relung-relungnya dengan kebencian dan kegelapanmu, kubasuh tubuhku dengan
dingin dan gelapnya malam, kukenakan pakaian dari kekejaman dan kegelapan,
kuhunuskan pedang kedengkian dan kegelapan semesta. Menyatulah! Satukan
kegelapmu dengan kegelapan jiwaku! Menyatulah…….Menyatulah….… menyatulah!”
Meski sosok itu tidak dikenali karena bersembunyi di balik kegelapan, tapi
suaranya begitu familier.
“Ha…ha…ha…aku berhasil! Akhirnya kristal ini menjadi milikku, tunggulah
penduduk Xar dan Vichattan, Akan kubalaskan dendamku!” Kemudian sosok itu
menghilang dalam kegelapan.
---
Sebenarnya
negeri peri terbagi menjadi delapan wilayah, yaitu; Gurun Rock Stone wilayah
peri tanah, Gunung Windy Peak wilayah peri udara, Air Terjun Riverfall wilayah
peri air, Kawah Grand Flame wilayah peri api, Lembah Shine Valley wilayah peri
cahaya, Jurang Black Canyon wilayah peri kegelapan, Hutan Plantaria wilayah
peri tumbuhan, dan Padang Rumput Beaster wilayah peri binatang. Setiap wilayah
terletak sesuai arah mata angin, dan sifat elemen yang berlawanan menempati
wilayah pada arah mata angin yang berlawanan pula.
Mata air
peri berada di tengah-tengah kedelapan wilayah tersebut, wilayah ini sebagai
pusat negeri peri dan merupakan wilayah yang netral. Di sini tempat para peri
berkumpul, dan melakukan upacara setiap pergantian musim Dalam ritual tersebut
tiap elemen memegang perannya sendiri-sendiri dalam menjaga keseimbangan alam.
---
“Hai, para peri
pernghuni mata air peri! Maaf kami datang tiba-tiba. Kami ditugaskan untuk
menbantu kalian!” Empat remaja tiba-tiba muncul dari balik gerbang mata air
peri.
“Oh…kalian,
terima kasih para pewaris takhta cahaya.” Beberapa peri menghentikan
kegiatannya, kemudian menyambut mereka.
Perbincangan
berlangsung seru, mereka menceritakan pengalaman masing-masing. Kemudian
peri-peri memberitahukan bahwa akhir-akhir ini, negeri peri mendapat teror dari
sosok misterius. Seseorang berjubah hitam, dia menyerang dan menghisap energi
peri, katanya dia dari kuil kegelapan.
Saat mereka
asyik berbincang. Tiba-tiba seorang peri terbang menghampiri mereka. “Maaf
mengganggu sebentar. Hai, para pewaris takhta cahaya! Kebetulan sekali kalian
di sini. Sebenarnya aku ingin melaporkan sesuatu, karena kalian ada di sini
maka sekalian aku beritahukan pada kalian.” Tubuh peri itu diliputi pakaian
dari air, dan kepakan sayapnya seperti memercikkan air.
“Ada apa?” Jawab Kara dan
Gerome bersamaan.
“Saat kami membersihkan
sungai di Riverfall, kami melihat sesosok tubuh manusia hanyut di sungai. kami
mengangkatnya, ternyata dia masih hidup. Sepertinya dia berasal dari Xar.
Mungkin kalian mengenalnya,” lanjut peri itu.
“Baiklah, kalau
begitu mari kita pergi memeriksanya!” Dalrin akhirnya bicara. Mereka berlima
bergegas pergi ke air terjun Riverfall.
“oh iya, siapa
namamu?” Tanya Antessa dengan nafas tersengal-sengal mengejar peri air yang
terbang dengan gesit itu.
“Namaku Flumen Aqua…,”
Peri itu berhenti dan berbalik kepada mereka berempat.
“Nah itu di sana….” Flumen menunjuk
pada sebuah tebing yang di tengahnya mengalir air terjun, benturan titik-titik
air dengan bebatuan di bawahnya menciptakan dua pelangi kembar karena diterpa
sinar matahari.
“wow, indah
sekali pemandangan di sini!” Kara dan kawan-kawan menghentikan langkahnya,
menyaksikan keindahan air terjun Riverfall. Kemudian mereka melanjutkan
perjalanannya lagi, tapi pandangan mereka masih terpaku dengan keindahan alam
yang terlukis sempurna itu. Flumen geleng-geleng kepala melihat mereka, tapi
kemudian tersenyum. Muncul sedikit rasa bangga karena dia tinggal di tempat
ini.
“Itu, di sana…!” Flumen menunjuk
sesosok tubuh terbaring di pinggir sungai, para peri air yang lain sedang
mengerumuninya.
Tiba-tiba
Dalrin dan kawan-kawan menghentikan langkahnya. Mereka terkejut.
“Oh
Tuhan, it…itu adalah…” kata-kata Kara dan Antessa terhenti.
“Siapa
dia?” Tanya Flumen si peri air.
“Dia adalah teman kami.” Kata
Antessa.
Kara, Gerome, dan
Dalrin melotot pada Antessa. Kemudian mereka menarik Antessa dari kerumunan
peri-peri air itu.
“Antessa,
kenapa kamu tidak mengatakan yang sebenarnya!” Suara Kara pelan dan ditekan,
dia mendengus kesal.
Dalrin dan
Gerome berkacak pinggang, menanti penjelasan Antessa.
“Aku tidak
tahu, seperti ada dorongan untuk mengatakan demikian. Tiba-tiba kebencianku
lenyap dan muncul keraguan tentang apa yang dilakukannya waktu itu. Bagaimana
jika wanita itu ternyata di bawah pengaruh Corbus, panglima kuil kegelapan yang
diam-diam dicintainya. Maafkan aku!” Antessa menyesal.
“Kau gila Antessa!”
Timpal Kara semakin marah.
“Kara, sudahlah,
mungkin yang dikatakan Antessa itu ada benarnya, meskipun sebenarnya aku juga
kurang setuju. Maksudku dia memang telah menghianati kita, tetapi kau tahu kan, bagaimana cinta itu
bisa membuat seseorang melakukan hal-hal gila!” Gerome mencoba membela Antessa.
“Sudahlah, kita lihat saja
nanti. Jika penghianat itu, maksudku Biarawati Petra, telah sadar, kita bawa
pulang saja dia, biar Biarawati Agung yang memutuskan hukumannya!” Dalrin
menengahi.--
“Teman-teman, apakah air
mata ajaibnya masih tersisa?” Tanya Flumen pada teman-teman perinya.
Satu-persatu peri air itu mengangkat bahu. Flumen tahu apa maksudnya.
“hah, merepotkan sekali!
Terpaksa kali ini aku menangis,” kata Flumen kesal.
Menangis merupakan hal yang
paling dibencinya. Meski harus agak dipaksa, akhirnya keluar juga air matanya.
Air mata peri air memiliki khasiat menyembuhkan dan menetralisir racun. Setelah
tetesan air mata itu diminumkan pada Biarawati Petra yang pingsan, Wanita itu
membuka matanya. Wanita itu kaget, “dimana aku? Siapa kalian?” Tanyanya
kebingungan. Antessa dan teman-temannya tak kalah terkejutnya. Tetapi mereka
hanya terdiam.
“Kami adalah peri air Dan mereka
ini adalah pewaris takhta cahaya. Apa kau tidak mengenal mereka?” Flumen menjelaskan
karena keempat sekawan itu masih terpaku tak menjawab.
Sejenak wanita itu memandang keempat remaja tersebut, keningnya berkerut,
“Apakah aku mengenal kalian?” Tanya wanita itu. Wajahnya tampak polos.
“Apa kau benar-benar tidak
mengenalku Biarawati Petra? Aku Antessa. Dulu kita berteman.” Jawab Antessa
menegaskan.
“Ya, dulu kita berteman, sebelum
kau menghianati kami.” Kata Kara pelan, dan Petra mungkin tidak mendengarnya.
“Kau memanggilku Biarawati Petra!
Apakah itu namaku?” wanita itu tampak kebingungan.
Antessa menarik ketiga temannya
menjauh dari Biarawati Petra dan para peri air.
“Teman-teman, lihatlah keadaan
Biarawati Petra sekarang! Dia terluka parah dan hilang ingatan, apakah kalian
tega mengatakan semua itu padanya?” Antessa memelas berharap Kara dan yang
lainnya luluh.
“Baiklah kita lihat saja nanti.
Jika dia macam-macam, akan ku sihir dia jadi cacing!” Kata kara gemas.
“aku setuju denganmu Kara, dan
aku tak segan-segan untuk menaburkan garam padanya,” Gerome menambahkan.
Kemudian mereka bergabung kembali dengan Biarawati Petra dan para peri air.
“Besok upacara pergantian musim
akan digelar di mata air peri. Kalian semua istirahatlah,” Frida Aqua pemimpin
peri air mengusulkan.
---
Pagi berselimut mendung menghiasi
langit mata air peri. Para peri telah
bersiap-siap pada barisan masing-masing. Kedelapan pemimpin peri yang baru
berjalan menuju singgasana masing-masing yang berada di sekeliling mata air
peri dengan mambawa kristal ajaib mereka. Dalrin, Kara, Antessa, Gerome, dan Petra berada di belakang
barisan menyaksikan jalannya upacara ini.
“Baiklah, mari kita mulai!”
Seru Exuro Flamma si peri api bersemangat.
Setelah seruan itu tak ada lagi suara yang keluar, suasana menjadi hening,
semua peri tampak berkonsentrasi. Tiba-tiba kristal-kristal ajaib mereka
memancarkan cahaya beraneka warna membentuk pelangi dan menembus langit.
Upacara pergantian
musim adalah penyelarasan elemen-elemen alam, setiap musim ada beberapa elemen
yang mendominasi, sedangkan elemen lain harus mengurangi energinya. Ini untuk
menjaga keseimbangan alam. Pada musim gugur kali ini, elemen udara, air, angin,
dan kegelapan harus mendominasi. Sedangkan elemen yang lain harus mengurangi
energinya. Melalui kristal-kristal keramat itu para peri menyalurkan atau
menyerap kembali kekuatan elemen mereka dari alam, sehingga diperoleh kombinasi
yang harmonis pada keadaan cuaca dan iklim alam.
Setelah upacara
selesai semua beristirahat untuk memulihkan energinya. Upacara kali ini
benar-benar menguras energi mereka. Biasanya setelah upacara mereka masih bisa
mengadakan tarian dan nyanyian pergantian musim. Kali ini mereka benar-benar
kelelahan.
“Ha…ha…ha….akhirnya, saatnya datang juga! Hai para serangga bodoh, cepat
serahkan kristal-kristal kalian!” Tawa pemimpin peri kegelapan memecah
keheningan. Tiba-tiba wujudnya membesar berubah menjadi sosok berjubah hitam.
“Oh Tuhan….apa itu?”
Antessa melihat ke arah sosok itu.
“Aku tidak
tahu….!” Gerome terlonjak dari tempat duduknya.
“Teman-teman,
Suara itu, sepertinya aku ingat suara itu!” Dalrin mengingat jelas siapa sebenarnya
sosok misterius itu.
“Itu suara
Khalash.” Teriaknya.
“Rupanya kau masih mengingatku
putra panglima Terma.”
“Percuma kalian
melawan. Kalian sudah terkapung, lihatlah sekeliling kalian!” Ancamnya saat
melihat para peri bangkit dan bersiap untuk melawan.
Sekeliling mata
air peri ternyata telah dikepung oleh bermacam hewan buas. Tak hanya itu,
ternyata semua peri binatang dan peri kegelapan juga ikut berkomplot.
“Serang
mereka!” Seru sosok yang ternyata adalah Khalash sang pangeran kegelapan.
Hewan-hewan
mulai menyerang, mereka terlihat aneh, seperti dalam kondisi terhipnotis.
Mereka meraung dan menerjang apapun yang ada di depannya. Demikian juga para
peri penghianat. Mereka lebih kuat dan seperti kesurupan. Para
peri, Dalrin dan tiga sahabatnya, serta Biarawati Petra terpojok.
“Teman-temaaan,
berpegangaaan padaaa sesuatuuu! Badaiii……. Musiiim…… paaanaaasss!” Ventosus
mengeluarkan sihirnya.
Wussstt…! Semua
hewan-hewan buas, Khalash dan peri-peri penghianat itu terlempar. Hewan-hewan
buas itu bangkit lagi. Kini mereka berlari menyerbu kembali. Tetapi peri-peri
penghianat telah lenyap semua. Tubuh mereka menguap ke udara.
“Bagaimanaaa sekaraaang?” Kata
Ventosus dengan nafas tersengal-sengal. “iniii aneh sekaliii! Tubuhkuuu
terasaaa lelah sekaliii, sepertinyaaa energikuuu terkuras habisss. Padahal
baruu mengeluarkan satuuu sihiir.”
“Ha…ha…ha…aku telah menghisap energi kalian, sekarang menyerahlah!” Khalash
bangkit kembali.
“Apa
maumu?” Tanya Gerome.
“Akan ku
penuhi seluruh alam ini dengan kegelapan dan kedinginan. Musim dingin sepanjang
tahun. Aku sudah menunggu upacara pergantian musim ini, karena setelah
melakukan upacara ini tenaga kalian pasti terkuras. Sehingga aku tidak perlu
bersusah payah mengalahkan kalian.”
Peri-peri
api terbang, kemudian mereka bersamaan mengeluarkan jurusnya. “Panah api!” Seru
mereka bersamaan.
Beratus-ratus panah api melesat ke arah Khalash. Tapi tampaknya ia tak
bergeming. Kemudian panah-panah itu lenyap begitu saja sebelum mengenai
Khalash.
“Apa yang
terjadi? Kenapa panah-panah itu lenyap?” Exuro dan anak buahnya heran.
“Rasakan
ini!” teriak pengeran kegelapan itu.
Tiba-tiba
panah-panah itu muncul lagi dan kini berbalik ke arah mereka. “Gawat!
Panah-panah itu muncul lagi, dan sekarang mengarah ke kita.”
“Perisai….pasir….!”
“Perisai….es..!”
“Tameng…cahaya…!”
Solum
Humus, Flumen Aqua, dan si kembar Pedro dan Niteo Lucis membantu mereka.
“Duuaaarr
…..!” Suara benturan dari sihir-sihir itu.
Setelah
melakukan sihir itu mereka kelelahan karena kehabisan tenaga. Sementara itu
hewan-hewan buas datang menyerang lagi.
“Sekarang
tinggal kita yang masih bertahan. Teman-teman mari kita keluarkan kemampuan
kita!” Kata Kara kepada teman-temannya dan para peri tumbuhan.
“Panah
cahaya.” Kara, Antessa, dan Gerome mengeluarkan sihir yang sama.
“Mekarlah
bunga-bunga beracun, tebarkan sebuk-serbukmu!” Sihir dari peri-peri tumbuhan.
Sementara
itu, Dalrin dan Biarawati Petra menolong peri-peri yang terluka.
Gerombolan hewan itu berjatuhan terkena panah cahaya dan serbuk beracun dari
peri tumbuhan. Tetapi kini kondisi semua peri semakin lemah, demikian juga Kara
dan yang lainnya.
Tiba-tiba
dari atas muncul gerombolan burung, dan dari dalam tanah keluar ribuan
ular bergerak ke arah mereka. Rupanya Khalash memanggil pasukan binatang
lainnya.
“Sekarang kita
harus bagaimana?” Biarawati Petra mulai panik.
Dalrin berhenti sejenak. Keningnya berkerut memikirkan apa yang harus
dilakukan.
“Baiklah, Frida
Aqua dan peri air yang masih bertahan, tolong sembuhkan peri-peri yang terluka.
Antessa, kau minta bantuan. Dan kalian yang masih sanggup bertahan, mari kita
kerahkan semua kekuatan kita!” seru Dalrin.
Antessa
mengerti apa yang dimaksud Dalrin. Segera dia memejamkan matanya dan
berkonsentrasi. Para peri yang masih sanggup
bertahan mulai bangkit. Exuro yang telah pulih terbang mengelilingi mata air.
Ternyata dia membentuk kubah api. Benar juga, api merupakan sesuatu yang
ditakuti bangsa hewan. Tetapi menciptakan kubah api itu membuat Exuro kehabisan
tenaga dan jatuh.
“syuttttt!”
Kubah api tersedot lubang hitam kemudian padam.
“Ah, apalagi
sekarang!” Semua tampak putus asa.
Kawanan hewan
mulai bergerak lagi. Tak lama berselang di angkasa muncul Seekor angsa raksasa.
Dia menembakkan bola-bola cahaya ke arah burung-burung itu dan berhasil
membuat mereka mundur.
Ternyata
bantuan yang dimaksud Dalrin adalah Amor, angsa penjaga kuil cahaya. Antessa
menggunakan ikatan cahaya, semacam telepati yang hanya bisa digunakan oleh
pengikut cahaya untuk memanggilnya. Dari arah lain juga muncul binatang
bercahaya yang menyerang gerombolan ular. Ternyata itu adalah Pietas.
Kini
harapan kembali muncul. Kara dan Gerome menaiki Amor kemudian terbang untuk
menghadapi Khalash, sedangkan Dalrin dan Antessa bersama Pietas menjaga para
peri.
Terjadi
pertarungan sengit antara Kara dan Gerome bersama Amor melawan Khalash. Meski
sendirian, ternyata Khalash kuat sekali, dia memiliki kekuatan semacam lubang
hitam yang sanggup menghisap serangan lawan dan mengembalikannya.
Setelah
membuat perisai pelindung dari cahaya, Dalrin, Antessa, dan Pietas membantu
mereka. Sementara Biarawati Petra membantu para peri. Khalash diserang dari dua
arah, kini dia yang terdesak. Pertarungan sengit terjadi. Akhirnya Dalrin
berhasil melukainya. Kemudian Kara menebas tangan kanannya dengan pedang
cahaya. Gerome dan Antessa tak menyia-nyiakan kesempatan. Mereka menyerang
Khalash dengan segenap kekuatan. Akhirnya Khalash kalah. Setelah dia terkena
serangan, tubuhnya menguap ke udara. Seperti para peri penghianat itu.
“Apa yang
terjadi? Apakah kita berhasil mengalahkannya?” Kata Antessa dan Gerome saling
berpandangan.
“Ha…ha…ha…kalian sudah tertipu!” Terdengar suara dari dalam perisai.
“Syuuttt!”
Perisai cahaya telah lenyap terserap lubang hitam.
“Kenapa? Oh
Tuhan, apalagi sekarang?” Kara mendengus kesal.
“Dia
penghianat, rupanya selama ini yang menyedot tenaga kita adalah dia!” Flumen
Aqua menunjuk Biarawati Petra.
“Ya, selama ini
akulah penjahatnya. Khalash dan peri-peri itu Cuma bayangan. Aku telah berhasil
menguasai kristal Dark Scream dan Desire Stone. Setelah aku mengambil kedua
batu itu, aku berniat menghancurkan negeri peri dan merebut kristal-kristal
yang lain. Tetapi saat aku menyerang para peri waktu itu, mereka sangat kuat,
meskipun akhirnya aku berhasil melenyapkan mereka. Maka aku meunggu saat yang
tepat, yaitu upacara pergantian musim. Karena pada saat itu kalian semua akan
kelelahan. Sementara aku menunggu, aku berpura-pura terluka, kemudian
menciptakan Khalash palsu serta peri-peri yang telah kubunuh dengan sihir
pengubah wujud dari kristal Desire Stone dan mengendalikannya dengan Dark
Scream. Aku juga menyerap energi kalian perlahan-lahan tanpa kalian sadari.” Petra menyeringai penuh
kepuasan. Dan Frida sedang sekarat dalam cengkeraman wanita iblis itu.
“Untuk apa kau
melakukan semua ini?” Kebencian Antessa yang selama ini terpendam menguak
kembali.
“Aku ingin
balas dendam!”
“Sut..sut..sut.” tiba-tiba tangan Petra
membeku, rupanya Frida Aqua masih melakukan perlawanan, kemudian dia melepaskan
diri.
Dari belakang muncul
Pedro Lucis dengan kilatan cahaya berhasil memotong tangan Petra yang satu lagi.
“Aaaa….!”
Wanita iblis itu mengerang kesakitan.
Saat hendak
melarikan diri dari Petra,
Frida Aqua tersedot lubang hitam. Pedro berusaha menolongnya tetapi justru dia
yang tersedot.
“Niteo….terima
ini!” Pedro melemparkan kepingan kristal Heaven Star miliknya. Niteo
menangkap kristal itu, dan flumen membawa Frida ke tempat yang aman. Ternyata
tangan Petra
yang terpotong menggenggam kristal Desire Stone. Karena kristal itu telah lepas
dari petra,
hewan-hewan buas yang berada di bawah kendalinya sadar dan pergi meninggalkan
tempat pertempuran.
Frida sekarat,
kemudian berkata pada Flumen, “Flumen, kuserahkan kristal Holy Tear ini padamu.”
Frida mengucapkan kata-kata terakhirnya.
Saat Petra
masih mengerang kesakitan, akar-akar muncul dari dalam tanah, melilit tubuhnya.
Tak hanya terlilit oleh akar, tanah sekitarnya juga berubah jadi semacam pasir
hisap. Tubuh Petra perlahan-lahan tenggelam. Rupanya Arbustus dan Solum humus
yang melakukannya.
“Teman-teman,
sekaranglah saatnya!” Seru mereka berdua.
“Badai….salju….!”
“Cahaya….surga….!”
“Pelangi….cahaya….!”
Serangan bertubi-tubi
dari Flumen, Niteo, Antessa, dan Kara. Cahaya berwarna-warni menembus tubuh
wanita pengkhianat itu, kemudian jasadnya lenyap menguap ke udara, yang tersisa
hanya sebuah kristal berwarna hitam yang tertanam dalam tubuhnya.
Selesai sudah
pertarungan yang melelahkan ini. Titik-titik hujan turun, dan perlahan-lahan
awan gelap yang menyelimuti angkasa lenyap.
Juara II Lomba Cerpen Peri Xar & Vichattan