Selamat Datang, Para Penjelajah!

Bersiaplah untuk menjelajahi dunia ciptaan imajinasi dari para pencipta dunia dari Indonesia. Dunia-dunia penuh petualangan, keajaiban dan tentunya konflik antara kebaikan dan kejahatan. Maju terus para penulis fantasi Indonesia! Penuhi Takdirmu!

Fantasy Worlds Indonesia juga adalah blog resmi dari serial novel, komik, game dan multimedia FireHeart dan Evernade karya Andry Chang yang adalah versi Bahasa Indonesia dari NovelBlog berbahasa Inggris Everna Saga (http://fireheart-vadis.blogspot.com) dan FireHeart Saga (http://fsaga.blogspot.com)

Rubrik Utama Fantasindo

12 August 2014

Mitospedia Veda - Avatar Wamana, Parasurama, Arjuna Sasrabahu


MITOLOGI - MITOSPEDIA VEDIC / VEDA
AWATARA KELIMA – WAMANA AWATARA

Nama lain : Vamana, Aditya, Upendra, dan Triwikrama
Arti Nama : Si Pendek (Wamana), Putra Aditi (Aditya), Penguasa Tiga Dunia (Triwikrama), Saudara Lelaki Indra (Upendra)
Ras : Manusia Awatara (Awatara Wisnu).
Masa Kemunculan : Treta Yuga.
Senjata : Payung dan kendi air.
Lawan Utama : Mahabali.

==LATAR BELAKANG KEMUNCULAN==
Meskipun sudah mendapatkan Tirta Amerta, ada masanya para dewa mengalami kekalahan. Mahabali, Raja Asura yang sempat kena tipu Mohini pada masa Satya Yuga kini kembali untuk menantang para dewa. Dengan bantuan Sukracarya (salah satu Graha – penguasa Venus dan guru para Asura), ia memperoleh kekuatan dan pasukan yang cukup kuat untuk melawan Dewata kembali. Indra dan Dewata lainnya yang merasa terdesak dinasehati untuk meninggalkan Swargaloka karena jika tetap tinggal, mereka akan benar-benar ditaklukkan Mahabali. Maka sekali lagi Dewata dipaksa meninggalkan kahyangan dan Mahabali pun mengangkat dirinya menjadi raja tiga dunia : dunia manusia, dunia dewa, dan dunia alam baka. Di dunia manusia, Mahabali meraih popularitas luar biasa di kalangan manusia oleh karena kemurahan hati dan keadilannya. Ia tidak memaksa manusia tunduk padanya dengan cara anarkisme seperti Raja-Raja Asura yang sebelumnya sehingga meskipun Raja Kahyangan bukan lagi Indra, sebagian besar manusia tidak protes.

Tapi tentu saja Indra yang diusir dari kahyangan tidak terlalu suka dengan kehadiran Mahabali. Ia sempat beberapa kali meminta para Trimurti ambil tindakan, tapi Wisnu belum mau ambil tindakan sampai tiba masanya ketika Mahabali sudah mulai merasa bahwa ia adalah entitas paling mulia, tak ada lagi makhluk yang lebih tinggi dari dirinya.

Saat itulah Wisnu menjelma melalui perantaraan Kashyapa dan Aditi, lahir sebagai putra Aditi, berwujud anak cebol yang kemudian menjadi brahmana seperti Kashyapa. Anak ini dinamai Aditi dan Kashyapa dengan nama Wamana, artinya ‘Si Pendek’.

Pada suatu ketika Mahabali mengadakan ‘open house’ dan mengundang segenap orang, terutama brahmana untuk bertandang ke istananya di Swargaloka. Wamana pun turut datang menemui Mahabali sambil membawa-bawa payung (yang bentuknya mirip payung geulis dari Tasikmalaya ) dan kendi air. Sukracarya – guru Mahabali – yang melihat kedatangan Wamana langsung kaget setengah mati. Ia lalu memperingatkan Mahabali dengan keras supaya Mahabali tidak memberikan apapun yang diminta Wamana.

Tapi Mahabali keras kepala. Dalam pandangannya, brahmana ini meskipun masih berwujud anak kecil (atau orang cebol?) punya kharisma yang luar biasa. Mahabali menempatkan Wamana di tempat duduk kehormatan dan menanyakan apa permintaan Wamana.

“Apakah Paduka menginginkan tanah, emas, istana, atau gadis yang cantik? Apakah menginginkan hewan gajah, kuda atau kijang? Kami akan memberikan apa pun yang kami miliki yang diinginkan Paduka Brahmana,” tanya Bali.

Wamana menjawab pelan, “Kau telah berbicara penuh kerendahan hati, kebajikan dan kebangsawanan. Sukra agung dan Brighu adalah Acaryamu, Gurumu. Prahlada Yang Agung adalah kakekmu, Wirocana Yang Dermawan adalah ayahmu. Aku yakin Raja tidak akan menarik mundur ucapanmu. Aku ingin tanah tiga langkah yang diukur oleh kakiku.”

Setengah kecewa karena sang brahmana kecil hanya meminta hal yang sepele baginya, Bali berucap, “Tentu saja Paduka masih anak-anak, bahasa anak-anak, permintaannya masih sederhana. Baik, Paduka tidak mau minta tumpukan emas dan hanya tanah tiga langkah? Aku pegang kata-kataku.”

Sambil tersenyum Vamana menjawab, “Aku menghargaimu Raja dermawan. Jika seorang manusia tidak bisa menaklukkan keinginan, semua hal di dunia tidak akan mencukupinya.”

Sekali lagi Sukracarya mewanti-wanti Mahabali, “Diriku mencintai semua Asura dan Raja Bali adalah murid terkasihku. Kamu telah gegabah Raja! Kau belum tahu soal langkah kaki Narayana! Memang menarik janji, membatalkan komitmen itu seperti menarik pohon dari tanah yang membuat cepat mengering dan jatuh. Akan tetapi dalam keadaan darurat Raja boleh ingkar janji. Raja belum tahu siapa sejatinya Brahmana kecil ini.”

Bali hanya menjawab, “Guru, dalam darahku mengalir darah nenek buyut Kayadhu yang suci, mengalir darah kakek Prahlada yang agung, diriku malu, merupakan keaiban untuk menarik perkataan. Kalaupun Brahmana ini adalah Narayana, maka pemberianku ini akan menjadi perbuatan mulia: memberi, telapak tangan menghadap ke bawah terhadap Narayana.”

Sukracarya pun menjadi marah dan akhirnya mengutuk Mahabali, “Raja telah merasa lebih bijak dariku. Aku kutuk sehingga kemuliaanmu segera punah.” Dan setelah itu Sukracarya pun pergi meninggalkan istana Mahabali.

==TRIWIKRAMA==
Ketika kembali menemui brahmana kecil itu, Mahabali mendapat kejutan besar. Sesuatu yang ditakutkan oleh Sukracarya terjadi. Tubuh Wamana membesar dan terus membesar, wujud ini dinamakan Triwikrama. Kakinya konon bertambah menjadi tiga. Kaki pertamanya menutupi seluruh bumi, kaki keduanya menutupi seluruh kahyangan dan konon dari atas langit turun Baruna – dalam wujud naga – yang langsung melilit Mahabali dengan dibantu oleh Garuda.

“Belum tiga langkah, Raja,” kata Wamana.

Mahabali langsung tahu apa yang diminta oleh Wamana. Wamana memintanya untuk menyerahkan kembali hak kekuasaan Dewata pada para Aditya. Karena itu Bali berucap, “Diriku menyadari kesalahanku, aku berjanji dapat memberikan semua milikku. Ternyata semuanya adalah milik-Mu. Terima kasih Narayana, hamba paham dengan menerima persembahan hamba, berarti semua kesalahan hamba telah diampuni. Terima kasih Narayana, biarlah langkah kaki ketiga-Mu, Engkau letakkan di kepala kami.”

Dan terjadilah demikian. Selanjutnya ada dua versi mengenai nasib Mahabali. Versi pertama menyatakan ia mati, versi kedua menyatakan ia tetap hidup. Tapi apapun versinya, semuanya bersepakat soal janji Wamana kepada Mahabali.

==JANJI KEPADA MAHABALI==
Mahabali adalah cucu Prahlada – putra Hiranyakasipu (lihat pembahasan Narasinga Awatara), karena itulah ia tidak seberingas Asura lainnya. Dan ketika Wisnu menyaksikan bahwa Bali tidak menentang otoritas kekuasaan Trimurti seperti pendahulu-pendahulunya, ia menjanjikan Bali akan terlahir kembali di Sutala – bagian dari Pratala (alam baka), dan pada Mahayuga selanjutnya ialah yang akan menjadi Indra. Untuk sementara di Sutala, ia menjadi asisten Batara Yama, mengurusi jiwa-jiwa orang mati.

==TRIVIA==
• Ada sekte tertentu di India yang tidak mempercayai Wamana sebagai Awatara Wisnu melainkan Awatara Ganesha.
• Indra selalu berganti-ganti setiap Mahayuga. Indra pertama adalah Yajna, atau Wisnu sendiri. Baruna – penguasa lautan – pun dikatakan pernah menjadi Indra.
• Baruna punya dua wujud : wujud naga dan manusia. Tapi sebenarnya dia juga Aditya, dengan kata lain dia adalah ‘kakak’ dari Wamana dan Indra.
• Mahabali konon merupakan singkatan dari ‘Mahatma Bali’ yang artinya ‘Bali Yang Berjiwa Besar’.
• Mahabali adalah cucu Prahlada, dan dia termasuk dalam golongan Danawa.
• Narayana adalah nama lain Wisnu.



 


AWATARA KEENAM – PARASURAMA AWATARA

Nama lain : Rambhadra, Ramabargwa, Bregupati, Rama Bhargawa, Ramaparasu
Arti Nama : Rama Yang Membawa Kapak (Ramaparasu), Rama Sang Keturunan Maharsi Bhregu (Rama Bhargawa).
Ras : Manusia Awatara (Awatara Wisnu), Chiranjiwin (Kaum Abadi), Dewa (versi Jawa).
Masa Kemunculan : Treta Yuga, Dwapara Yuga, dan Kali Yuga
Senjata : Parasu (Kapak) dan Busur Vijaya
Pasangan : Dharini
Profesi : Brahmana
Lawan Utama : Warna Kesatria, terutama Arjuna Sasrabahu.

Awatara Keenam Batara Wisnu adalah seorang brahmana berangasan bernama Parasurama. Brahmana ini punya prinsip yang agak ‘tidak biasa’ dibandingkan dengan brahmana kebanyakan. Brahmana ini punya prinsip : ABOLISH EVERY GOVERNMENT ON EARTH! BUBARKAN SETIAP PEMERINTAHAN DI MUKA BUMI! Atau kurang lebih begitu kalau dianalogikan dengan pemikiran orang modern . Bagaimana tidak? Ini brahmana keliling dunia 21 kali dan setiap kali keliling dia pasti bikin gunungan mayat dari jenazah raja-raja yang berkuasa di seluruh dunia pada masa Treta Yuga .

==KELAHIRAN DAN MASA MUDA==
Ada seorang Rsi yang menjadi bagian dari tujuh Sapta Rsi bernama Jamadagni. Jamadagni telah memiliki empat putra namun suatu ketika istrinya hamil putra kelimanya, Jamadgani dan istrinya, Renuka, mendapat pesan dari Batara Siwa bahwa Batara Wisnu akan menitis kepada putra kelima mereka. Putra kelima mereka ini dinamai Rama atau Ramabhadra.

Sebagai istri brahmana yang tergabung dalam Sapta Rsi, Renuka memiliki kemampuan untuk memadatkan tanah liat yang masih basah dan belum dibakar menjadi pot tembikar untuk menampung air. Namun suatu ketika saat hendak mengambil air di sungai, ia melihat sekawanan gandarwa (yang wajahnya bening, cute, ganteng kayak boyband zaman sekarang deh ), satu pikiran untuk ‘serong’ dengan para gandarwa langsung melintas di pikiran Renuka. Akibatnya kendi air di tangannya langsung meleleh dan larut dalam air. Renuka pun ketakutan dan tidak berani pulang karena ia tahu suaminya pasti akan marah besar padanya.

Jamadagni tidak perlu waktu lama untuk tahu perbuatan istrinya itu. Dalam meditasinya, lintasan pikiran Renuka masuk ke dalam pikirannya. Dengan kekuatannya, Sang Rsi memaksa sang istri pulang lalu memanggil putra sulungnya dan menyodorkan sebuah kapak kepadanya. “Bunuh ibumu dengan kapak itu!” kata Jamadagni.

Sang putra sulung ketakutan dan menolak perintah sang ayah, dan sebagai akibatnya ia dikutuk menjadi batu. Putra kedua, ketiga, dan keempat juga dipanggil dan diberi perintah serupa, dan semuanya menolak. Akhirnya empat putranya pun berubah menjadi batu. Sampai akhirnya Rama mengambil kapak itu dan tanpa ragu memenggal kepala ibunya.

Jamadagni terkesan oleh kepatuhan Rama sehingga menawarinya untuk mengabulkan dua permintaan Rama. Rama hanya meminta sang ayah menghidupkan kembali ibu dan empat kakaknya. Jamadagni mengabulkannya.

==BERGURU PADA SIWA==
Meskipun merupakan awatara Wisnu, Rama dan ayahnya termasuk brahmana sekte Shaivanism (Siwaisme) yang lazim hidup bertapa, menyendiri di tengah hutan atau pegunungan, makan seadanya dari hutan, dan melumuri tubuh mereka dengan abu. Ketika sudah cukup usia, Rama meninggalkan rumahnya untuk bermeditasi pada Siwa. Setelah melakukan tapa selama bertahun-tahun Siwa datang menemuinya, memberinya sebuah kapak yang tak dapat dihancurkan oleh apapun bernama Parasu (Parashu). Lalu memberi perintah pada Rama untuk membebaskan Ibu Bumi dari penjahat, orang-orang serakah, iblis, dan orang-orang takabur.

Kemudian selama 21 hari Siwa menantang Rama untuk bertarung. Selama 21 hari itu pula murid dan guru itu saling tebas dan serang. Siwa dengan trisulanya, Rama dengan Parasunya. Di hari ke-21 Rama berhasil melukai dahi Siwa dengan kapaknya dan pertarungan pun dihentikan. Siwa sangat puas dengan kecakapan muridnya itu dan sejak saat itu menamai diri-Nya ‘Khanda-parshu’ (Yang dilukai oleh kapak) sebagai wujud penghormatan Siwa pada Rama. Nama Rama sendiri kemudian berubah menjadi Parasurama.

==ARJUNASASRABAHU==
Ada seorang raja dari ras Yadu, bernama Kartavirya Arjuna atau Arjuna Sasrabahu – Arjuna yang bertangan seribu. Raja ini menguasai wilayah Mahespati (atau Halaya di versi India). Awalnya raja ini adalah raja yang bijak dan perkasa. Raja ini bahkan sempat mengalahkan Rahwana muda dan memaksa Rahwana untuk tidak mengekspansi negara lain lagi.

Tapi kemudian raja ini menjadi ‘gila hormat’ dan merasa tak ada satupun yang lebih sakti dari dirinya. Dalam kunjungannya ke asrama (pertapaan) Rsi Jamadagni, Sang Raja disuguhi aneka hidangan nikmat ala istana oleh Sang Rsi dalam kuantitas yang tidak main-main. Penasaran dari mana Sang Rsi mendapatkan hidangan sebanyak dan semewah itu padahal hidupnya amat sederhana, Jamadagni mengatakan bahwa ia mendapatkannya melalui perantaraan sapi Kamadhenu (Sapi ini adalah sapi pengabul segala kehendak yang keluar pada saat Samudra Manthan https://www.facebook.com/LCDP.Official/photos/a.831363553543076.1073741838.307835652562538/849720071707424/?type=1&permPage=1) yang diberikan oleh Batara Wisnu (atau Indra, tergantung versinya) kepadanya. Arjuna Sasrabahu menginginkan sapi itu. Ia hendak membeli sapi itu, tapi Jamadagni menolaknya. Sang raja terus membujuk dan menaikkan tawarannya tapi Jamadagni tetap kukuh bahwa sapi pemberian Batara Wisnu itu tidak dijual.

Jadi apa solusi dari Arjuna untuk memuaskan keinginannya? Nyolong Saudara-Saudara!

Sang Raja membawa sapi itu secara paksa dari asrama Rsi Jamadagni, tapi di tak berapa lama kemudian Parasurama kembali ke pertapaan ayahnya dan mendapati sapi Kamadhenu tak ada lagi di rumah ayahnya. Ketika Parasurama bertanya ke mana perginya sapi itu, ayahnya menjawab bahwa Raja Arjuna Sasrabahu membawanya. Marah atas perilaku Sang Raja yang seenaknya, Parasurama berlari ke istana Sang Raja dengan niat merebut kembali sapi suci itu.

Arjuna Sasrabahu tidak mau mengembalikan sapi itu begitu saja dan menantang Parasurama untuk bertarung. Parasurama memanah satu-demi-satu seribu tangan Arjuna lalu memenggal kepala Sang Raja kemudian membawa pulang sapi Kamadhenu ke pertapaan ayahnya. Ayahnya senang sapinya kembali, tapi melihat ada noda darah di kapak anaknya, Jamadagni berkata, “Tidak layak Brahmana dikontrol oleh amarah dan kesombongan. Sucikan dirimu segera, Rama.”

Maka Parasurama pun kembali meninggalkan rumahnya, mengasingkan diri selama satu tahun untuk menyucikan diri. Di pengasingan ini, Indra menghadiahinya busur Wijaya sebagai hadiah atas keberaniannya menantang Arjuna Sasrabahu. Tapi di saat yang sama, anak-anak Arjuna Sasrabahu yang menemukan jenazah ayah mereka menjadi luar biasa marahnya. Mereka segera menyerbu pertapaan Jamadagni dan membunuh Sang Rsi dengan menembakkan ratusan anak panah. Jamadagni pun tewas. Anak-anak Arjuna Sasrabahu pun memenggal kepala Jamadagni dan membawanya ke istana mereka sebagai tropi kemenangan.

Ketika Parasurama kembali dari pengasingannya, ia menemukan ibunya tengah berduka dan meratapi kematian ayahnya sambil memukul-mukul dadanya sebanyak 21 kali. Di samping ibunya, teronggok jasad Jamadagni yang tanpa kepala. Parasurama pun menjadi sangat sakit hati atas kepongahan warna (kasta) kesatria dan bersumpah akan membantai seluruh kaum kesatria dalam pembantaian yang akan dia lakukan sebanyak 21 kali keliling dunia.

==PEMBANTAI RAJA-RAJA==
“Pada masa antara Treta dan Dwapara Yuga, Parasurama, sang pejuang terhebat, terusik oleh ketidaksabarannya menyaksikan segala kepongahan kaum kesatria, berulang kali membantai kaum kesatria. Ketika ia selesai dengan aksi pembantaiannya, ia telah menciptakan Samanta-panchaka, lima danau besar berisi darah.”
—Mahabharata 1:2

Parasurama membantai seluruh raja yang ada di dunia ini tanpa pandang bulu. Ia tidak peduli apakah raja-raja ini masih muda atau sudah tua, apakah raja ini punya pewaris atau tidak punya pewaris, atau apakah raja ini dicintai rakyatnya atau malah dibenci rakyatnya. Pokoknya nyaris tidak ada dinasti kerajaan yang ‘selamat’ dari amukan Parasurama.

Korban pertama dari perjalanan Parasurama ini adalah anak-anak Arjuna Sasrabahu. Setelah membunuh anak-anak ‘kurang ajar’ ini ia membawa kembali kepala ayahnya ke pertapaan dan melakukan upacara pembakaran jenazah lalu melanjutkan perjalanannya.

Setelah 21 kali mengelilingi dunia, Parasurama mengadakan sebuah upacara akbar yang intinya menyatakan bahwa raja-raja yang tersisa wajib menyerah dan menyatakan kesetiaan kepada Parasurama. Yang tidak mau, dipersilakan mengalahkan Parasurama dalam duel. Sebagian raja tidak mau mengakui seorang brahmana sebagai Maharaja mereka, dan akhirnya tewas saat bertarung dengan Parasurama. Raja-raja yang tersisa akhirnya menyatakan diri sebagai bawahan Parasurama. Parasurama sendiri kemudian membagi-bagikan wilayah taklukannya di antara para brahmana sebelum akhirnya mengundurkan diri untuk bertapa kembali di Pegunungan Mahendra.

==BERTEMU AWATARA WISNU LAINNYA==
Ada satu dinasti yang selamat dari amukan Parasurama, yakni Dinasti Surya (Kerajaan Ayodhya). Entah bagaimana dinasti ini tidak kena utak-atik dari Parasurama. Karena Parasurama berumur panjang, ia bisa mendengar saat seorang pangeran dari Kerajaan Ayodhya bernama Rama mematahkan busur Haradhanu milik Siwa yang dimiliki oleh Raja Mithila, Janaka, saat tengah mengadakan sayembara untuk mencari suami bagi putri angkatnya : Sita (Sinta).

Parasurama langsung naik darah. Ia menyangka ada lagi kaum kesatria yang mau sok pamer kekuatan di dunia ini. Langsung saja ia turun gunung dan menghadang Rama yang sedang dalam perjalanan pulang ke Ayodhya bersama Sita, adiknya Laksmana, dan seorang Sapta Rsi Wiswamitra. Wiswamitra memohon agar Parasurama kembali lagi ke pertapaannya dan berusaha keras meyakinkan Parasurama bahwa Rama sama sekali tidak punya maksud ‘pamer kekuatan’ hanya saja busur Haradhanu milik Siwa tiba-tiba patah saat direntangkan oleh Rama.

Parasurama tidak percaya, ia melemparkan busur Wisnudhanu, busur yang dimilikinya sebagai awatara Wisnu kepada Rama dan menantangnya untuk menarik busur itu. Rama menarik busur itu tanpa kesulitan sementara kapak Parasurama tiba-tiba menjadi sangat berat. Parasurama pun langsung sadar bahwa dia bukan lagi awatara Wisnu. Rama sudah mengambil alih posisinya. Karena itu ia pun undur diri dan masuk kembali ke dalam hutan. Busur milik Wisnu itu diberikan pada Rama.

==MENJADI GURU BHISMA==
Parasurama adalah awatara Wisnu paling unik karena ia adalah Chiranjiwin (kaum abadi). Ia terus hidup sampai era Dwapara Yuga, di mana kisah Mahabaratha akan terjadi. Di masa ini ia menjadi guru dari seorang pangeran Wangsa Kuru bernama Bhisma. Di masa ini kebenciannya terhadap kaum kesatria sudah hilang. Tapi ada satu masalah yang kemudian membuat hubungan guru-murid ini retak.

Bhisma sudah bersumpah pada ayahnya yang hendak menikah lagi bahwa ia tak akan menjadi raja, bahwa adik-adiknyalah nanti yang akan menjadi raja Hastina. Kalau adik-adiknya ini meninggal maka keturunan merekalah yang akan menjadi raja. Ia juga bersumpah untuk tidak menikah seumur hidupnya supaya tak ada satupun anak keturunannya yang kelak menuntut hak atas tahta Hastina.

Permasalahannya ... Bhisma pernah dengan sengaja menculik rombongan putri dari kerajaan seberang yakni Amba, Ambalika, dan Ambika untuk diperistri adiknya. Tanpa Bhisma sadari, Amba ternyata sudah bertunangan. Ketika Bhisma hendak mengembalikan Amba kepada tunangannya, tunangannya tidak mau menerima Amba karena ia sudah ‘dijamah’ Bhisma. Satu-satunya pilihan bagi Amba adalah menikahi Bhisma atau seumur hidupnya ia bakal jadi perawan tua yang status sosialnya dipandang buruk sekali di masa itu.

Amba mendatangi Drupada (yang kelak menjadi ayah Drupadi, istri Yudhistira) untuk minta bantuan membujuk (baca : memaksa) Bhisma untuk menikahinya. Drupada tidak mau. Raja-raja lain pun ogah. Akhirnya Amba minta tolong pada Parasurama. Parasurama bersedia dan dia datang mula-mula dengan gaya ‘persuasif’. Ketika Bhisma tetap ngeyel tidak mau menikah, Parasurama menantang Bhisma bertarung. Kalau Bhisma kalah ia harus menikahi Amba, kalau Parasurama kalah maka Parasurama akan mundur dan tidak akan pernah lagi muncul di hadapan Bhisma.

Parasurama dan Bhisma saling baku hantam selama 23 hari dan pada akhirnya Bhisma yang menang (Bhisma saat itu adalah manusia awatara dari Dyaus sementara Parasurama sudah bukan lagi manusia awatara). Kesal dengan perilaku Bhisma, Parasurama bersumpah tidak akan pernah mau lagi mengajar murid dari golongan kesatria.

==MENJADI GURU DRONA ==
Drona, seorang brahmana yang kelak akan menjadi guru para Kurawa dan Pandawa suatu saat bertemu dengan Parasurama dalam sebuah perjalanan. Parasurama bertanya apa Drona butuh bantuan? Drona hanya menjawab bahwa ia butuh pengetahuan tentang segala jenis senjata yang diketahui Parasurama. Parasurama akhirnya mengajari Drona segala jenis teknik beladiri dan penggunaan senjata baik senjata biasa atau astra (Brahmastra terutama). Ia juga memberi Drona semua senjata koleksinya minus kapak Siwa dan busur Wijaya dari Indra.

== MENJADI GURU KARNA ==
Radheya, putra sulung Kunti dari hasil hubungannya dengan Batara Surya sekaligus kakak sulung Pandawa, diadopsi oleh kusir kereta kerajaan Hastina. Memiliki bakat alam sebagai pemanah handal, ia sempat minta diajari memanah oleh Drona tapi Drona menolak karena sudah terikat sumpah pada Bhisma dan Tua-Tua Hastina bahwa ia hanya akan mengajari para pangeran Hastina. Kesal karena penolakan Drona, Radheya mengembara mencari Parasurama dengan menyaru sebagai seorang brahmana. Parasurama senang sekali menerima ‘brahmana’ Radheya sebagai muridnya. Ia menganggap Radheya adalah muridnya yang paling cerdas dan cepat belajar. Tapi semua itu berubah saat suatu ketika Parasurama dan Radheya tengah tidur di ranjang susun. Parasurama tidur di dipan bawah dan Radheya di dipan atas. Saat itu seekor kalajengking menyengat kaki Radheya sehingga kaki Radheya berdarah dan darahnya menetes ke wajah Parasurama.

Parasurama terbangun dan langsung menginterogasi Radheya. Mulanya Radheya tidak mengaku tapi ketika Parasurama mendesak, ia mengaku bahwa ia memang bukan Brahmana.

Parasurama menghardik, “Cuma Kesatria yang bisa menahan rasa sakit disengat kalajengking seperti itu!”

“Guru, saya bukan kesatria. Saya hanyalah Suta, anak kusir.”

“Ah, sama saja! Kau menipuku! Karena kau sudah menipuku untuk mendapatkan pengetahuanku, kelak semua senjata dan kesaktianmu tak akan berguna di saat-saat kau sangat membutuhkannya!”

Tapi meskipun Parasurama marah besar pada Radheya, ia memberi Radheya pusakanya yang terakhir : Busur Wijaya dan astra bernama Bhagavastra (di wayang golek sering diubah menjadi tombak Baruna). Radheya kemudian diubah namanya menjadi Karna oleh Duryodhana dan diangkat menjadi Adipati (Raja bawahan) di Awangga.

Kutukan Parasurama terbukti. Menjelang dan di saat bertarung dengan Arjuna, kesaktian Karna menghilang satu demi satu. Dia bahkan tak bisa memanggil satupun astra miliknya di saat-saat terakhir. Karna sendiri akhirnya tewas terpenggal panah Pasopati Arjuna.

==PERAN DI AKHIR ZAMAN==

Diceritakan dalam Wisnupurana, Awatara terakhir Wisnu yakni Kalki Awatara akan berguru pada Parasurama guna mendapatkan senjata dari Siwa untuk mengalahkan Iblis Kali.

==VARIASI LEGENDA PARASURAMA DI NUSANTARA==
Parasurama juga ditampilkan sebagai tokoh dalam pewayangan. Antara lain di Jawa ia lebih terkenal dengan sebutan Ramabargawa. Selain itu ia juga sering dipanggil Jamadagni, sama dengan nama ayahnya.

Ciri khas pewayangan Jawa adalah jalinan silsilah yang saling berkaitan satu sama lain. Kisah-kisah tentang Ramabargawa yang bersumber dari naskah Serat Arjunasasrabahu antara lain menyebut tokoh ini sebagai keturunan Batara Surya. Ayahnya bernama Jamadagni merupakan sepupu dari Kartawirya raja Kerajaan Mahespati. Adapun Kartawirya adalah ayah dari Arjuna Sasrabahu alias Kartawirya Arjuna. Selain itu, Jamadagni juga memiliki sepupu jauh bernama Resi Gotama, ayah dari Subali dan Sugriwa.

Dalam pewayangan dikisahkan Ramabargawa menghukum mati ibunya sendiri, yaitu Renuka, atas perintah ayahnya. Penyebabnya ialah karena Renuka telah berselingkuh dengan Citrarata raja Kerajaan Martikawata. Peristiwa tersebut menyebabkan kemarahan dan rasa benci luar biasa Ramabargawa terhadap kaum kesatria.

Setelah menumpas kaum kesatria, Ramabargawa merasa jenuh dan memutuskan untuk meninggalkan dunia. Atas petunjuk dewata, ia akan mencapai surga apabila mati di tangan titisan Wisnu. Adapun Ramabargwa versi Jawa bukan titisan Wisnu. Sebaliknya, Wisnu dikisahkan menitis kepada Arjuna Sasrabahu yang menurut versi asli adalah musuh Ramabargawa.

Setelah lama mencari, Ramabargawa berhasil menemui Arjuna Sasrabahu. Namun saat itu Arjuna Sasrabahu telah kehilangan semangat hidup setelah kematian sepupunya, yaitu Sumantri, dan istrinya, yakni Dewi Citrawati. Dalam pertarungan tersebut, Ramabargawa justru malah menewaskan Arjuna Sasrabahu.

Ramabargawa kecewa dan menuduh dewata telah berbohong kepadanya. Batara Narada selaku utusan kahyangan menjelaskan bahwa Wisnu telah meninggalkan Arjuna Sasrabahu untuk terlahir kembali sebagai Rama putra Dasarata. Ramabargawa diminta bersabar untuk menunggu Rama dewasa. Beberapa tahun kemudian, Ramabargawa berhasil menemukan Rama yang sedang dalam perjalanan pulang setelah memenangkan sayembara Sinta. Ia pun menantang Rama bertarung. Dalam perang tanding tersebut, Ramabargawa akhirnya gugur dan naik ke kahyangan menjadi dewa, bergelar Batara Ramaparasu.

Pada zaman berikutnya, Ramaparasu bertemu awatara Wisnu lainnya, yaitu Kresna ketika dalam perjalanan sebagai duta perdamaian utusan para Pandawa menuju Kerajaan Hastina. Saat itu Ramaparasu bersama Batara Narada, Batara Kanwa, dan Batara Janaka menghadang kereta Kresna untuk ikut serta menuju Hastina sebagai saksi perundingan Kresna dengan pihak Kurawa. Kisah ini terdapat dalam naskah Kakawin Bharatayuddha dari zaman Kerajaan Kadiri.

Di Bali diceritakan bahwa ia dan Arjuna Sasrabahu sama-sama merupakan titisan Wisnu. Sementara pakem wayang golek juga tidak jauh berbeda dengan pakem wayang Jawa dalam urusan cerita Ramaparasu.

==TRIVIA==

• Di Myanmar, Laos, Thailand, Vietnam dan Kamboja, Parasurama bukanlah Awatara Wisnu yang populer. Apalagi di Nusantara – yang raja-rajanya ‘agak’ tidak mau dikritik dan disalahkan. Karena itu di Nusantara, Awatara keenam Wisnu diubah. Bukan Parasurama, tapi Arjuna Sasrabahu.
• Model pengakuan Awatara Keenam Wisnu adalah Arjuna Sasrabahu juga terasa di Bali, di mana ada kisah yang menceritakan baik Arjunasasrabahu maupun Parasurama sama-sama adalah awatara Wisnu – mengambil pendekatan seperti Nara dan Narayana, rsi kembar yang sama-sama Awatara Wisnu dalam versi 22 Awatara.
• Parasurama adalah awatara Wisnu paling ‘brangasan’ nomor dua setelah Narasinga.
• Parasurama dipercaya masih hidup sampai saat ini.
• Pasangan Parasurama yang bernama Dharini tidak pernah diceritakan mendampingi Parasurama saat Parasurama menjadi guru Bhisma, Drona, dan Karna. Kemungkinan besar istri Parasurama ini sudah mangkat lama sekali sebelum peristiwa Mahabaratha atau mungkin sebelum Ramayana.
• Setelah tak lagi menjadi awatara Wisnu, kekuatan Parasurama jauh berkurang meski masih cukup berbahaya untuk dihadapi para kesatria manapun yang ada di zaman itu.



AWATARA KEENAM (Versi Alternatif) – ARJUNASASRABAHU AWATARA

Nama lain : Kartavirya Arjuna, Arjuna Kertawirya, Sahasrarjuna.
Arti Nama : Arjuna Yang Bertangan Seribu.
Ras : Manusia Awatara (Awatara Wisnu – versi Jawa, Awatara Sudarshana – versi India)
Masa Kemunculan : Treta Yuga
Senjata : Seribu Tangan, Triwikrama-rupa
Pasangan : Citrawati
Profesi : Raja Hehaya / Maespati
Lawan Utama : Rahwana dan Parasurama.

Seperti yang Mimin bilang tempo hari, di Nusantara, terutama di Jawa, Parasurama ‘tidak diakui’ sebagai awatara Wisnu yang keenam. Sebagai gantinya dipilihlah sosok lawan Parasurama yakni Arjunasasrabahu.

Arjunasasrabahu sendiri adalah seorang raja yang bertahta di Hehaya atau Maespati. Raja ini punya reputasi sebagai raja yang adil tapi kalau sudah punya keinginan bakal terus memaksa supaya keinginannya itu tercapai.

Ada dua perbedaan besar antara Arjunasasrabahu versi Jawa dan India. Di India dia cuma jadi ‘figuran’ sementara di Jawa dia jadi tokoh sentral dalam sebuah babad yang menceritakan riwayat Rahwana muda.

==VERSI JAWA(Kakawin Arjunawijaya)==
Arjunasasrabahu adalah seorang raja Maespati. Dirinya memiliki patih bernama Suwanda (yang bernama asli Sumantri) dan suatu ketika hendak meminang seorang putri Magada bernama Dewi Citrawati untuk menjadi permaisurinya. Tapi untuk meminang putri satu ini dia harus berhadapan dengan 75 raja di bawah komando Raja Darmawisesa. Tujuannya sederhana : Citrawati harus menikahi Darmawisesa atau Magada akan rata dengan tanah.

Arjuna tidak mau kehilangan wanita pujaannya begitu saja. Dengan segera ia menyuruh Patih Suwanda menghadang 75 raja itu bersama angkatan perangnya. Suwanda berhasil menumpas Darmawisesa dan secara ‘de facto’ Arjuna sebenarnya berhak meminang Citrawati.

Tapi Citrawati adalah wanita yang aneh dan banyak maunya. Pertama-tama Citrawati meminta Arjuna menyediakan 800 wanita cantik untuk menjadi pendampingnya (dan juga berfungsi ganda sebagai selir sang raja ). Yang kedua, Citrawati minta sebuah taman bernama Sriwedari yang letaknya ratusan kilometer dari istana Arjunasasrabahu ditempatkan di dekat istana sang raja.

Untuk tugas kedua, Arjuna mengutus Patih Suwanda untuk mengatasi masalah itu. Tapi karena Suwanda tidak mampu memindahkan taman yang dahulu menjadi istana Wisnu itu, ia meminta tolong pada adiknya, Sukrasana, seorang brahmana cebol yang berwajah buruk rupa. Sukrasana bersedia saja tapi setelah memindahkan taman itu dan Citrawati memasuki taman bersama 800 pendampingnya, mereka melihat Sukrasana dan kesemuanya menjerit melihat seorang yang buruk rupa. Suwanda meminta Sukrasana pergi dari tempat itu karena dia ‘merusak suasana’, Sukrasana tidak mau karena ia masih mau melihat-lihat taman ini lebih lama lagi. Kesal pada adiknya, Suwanda menakut-nakuti Sukrasana dengan busur panahnya tapi tanpa sengaja busur itu malah terlepas dan membunuh Sukrasana.

Sukma Sukrasana pun mengutuk Suwanda bahwa suatu saat ia akan menjemput sendiri Suwanda melalui perantaraan raga seorang kesatria, setelah itu sukma Sukrasana pun lenyap.

Bertahun-tahun setelah itu, rombongan Dewi Citrawati beserta 800 selir raja ingin mandi di sebuah danau / kolam yang cukup besar untuk mereka semua. Arjuna hendak mengabulkan keinginan permaisurinya ini dan bertiwikrama – berubah wujud menjadi sosok raksasa – kemudian tidur di tengah sungai dan membendung aliran airnya sehingga terbentuklah sebuah kolam raksasa yang cukup untuk menampung 801 istrinya.

Tapi aliran air yang dibendung Arjuna ternyata juga meluap ke perkemahan Rahwana yang saat itu tengah berburu tak jauh dari situ. Rahwana sebal dan langsung memeriksa apa penyebab ‘banjir kiriman’ ini. Tanpa sengaja ia melihat Citrawati yang tengah mandi dan nafsunya langsung bergejolak. Tanpa ba-bi-bu lagi dia langsung mengejar permaisuri Arjuna itu namun ia dihadang oleh Suwanda. Suwanda dan Rahwana pun beradu tanding. Tapi tiap kali Suwanda menghabisi kepala Rahwana, sepuluh kepala Rahwana selalu menyatu kembali dengan tubuhnya. Rahwana juga tidak jua mati meski Suwanda berkali-kali melukainya secara fatal. Pada akhirnya Suwanda tewas dicabik-cabik oleh gigi Rahwana. Kutukan Sukrasana terbukti.

Arjunasasrabahu yang merasakan kematian Suwanda langsung bangun dari tidurnya dan menghadapi Rahwana. Setelah bergumul sekian lama Rahwana ternyata kalah oleh Arjunasasrabahu. Pada mulanya Arjuna hendak membunuh Rahwana tapi Narada – utusan kahyangan – serta Rsi Pulastya – kakek Rahwana – datang dan memohon pada Arjuna agar Rahwana tidak dibunuh. Arjuna akhirnya bersumpah tidak membunuh Rahwana tapi akan memberi Raksasa ini ‘pelajaran’ terlebih dahulu.

Arjuna mengikatkan Rahwana pada kereta perangnya dan menyeret sang raja Alengka melewati seluruh wilayah Maespati. Penduduk Maespati pun turut melempari Rahwana dengan telur, sayur, dan makanan busuk. Kadang-kadang disertai dengan meludahi sang raja Alengka. Rahwana pun tidak bisa berbuat apa-apa diperlakukan seperti itu. Pada akhirnya Rahwana dibebaskan dan disuruh pulang ke Alengka serta tidak boleh lagi memperluas wilayah kekuasaannya. Secara ‘de jure’ Alengka sejak saat itu menjadi bawahan Maespati.

Tapi salah satu abdi Rahwana yakni Marici marah atas perlakuan yang diterima rajanya. Lama setelah peristiwa itu, saat Arjuna tengah pergi keluar istana, Marici menyaru menjadi seorang bentara (pembawa pesan) dan menyampaikan pada Citrawati bahwa Arjuna telah gugur di tangan musuh. Citrawati – sebagaimana kebanyakan istri di zaman itu yang lebih memilih mati daripada dinodai setelah menjanda – langsung mencabut patrem (keris kecil) dan bunuh diri bersama 800 pendampingnya.

Arjuna sangat terkejut melihat keputren istananya penuh jenazah saat pulang. Diliputi rasa duka yang mendalam, ia mengelana bak orang linglung, meninggalkan Maespati tanpa secara resmi menunjuk pewaris tahtanya lalu bertemu dengan Parasurama yang tengah berkelana mencari mati.

Tahu bahwa Arjuna adalah awatara Wisnu, Parasurama menantang Arjuna untuk berkelahi supaya dirinya bisa mati dan meninggalkan dunia ini. Tapi justru malah Arjuna yang terbunuh oleh Parasurama. Penggunaan kekuatannya sebagai awatara Wisnu yang terlalu berlebihan (sampai bertiwikrama hanya untuk membuat sebuah bendungan bagi istrinya) membuat haknya sebagai awatara Wisnu dicabut tak lama setelah bertarung melawan Rahwana.

==VERSI INDIA==
Maharsi Narada pernah berkunjung ke Vaikuntha dan tanpa sengaja menemukan Cakram Sudarshana dan Batara Wisnu sedang berselisih paham. Sang cakram yang memiliki kesadaran sendiri itu bilang bahwa Wisnu takkan bisa mengalahkan Asura manapun tanpa dirinya dan dirinyalah yang selama ini menjadi kekuatan Wisnu, tanpa dirinya Wisnu bukan siapa-siapa.

Tampaknya Wisnu menjadi agak sebal dengan tingkah senjatanya itu dan akhirnya menyuruhnya pergi ke dunia dan menitis menjadi seorang raja bernama Kartavirya Arjuna. Wisnu sendiri kelak berjanji akan menyusul dan menitis kepada seorang putra brahmana. Setelah itu mereka akan baku hantam untuk menyelesaikan perdebatan mereka.

Kartavirya Arjuna memang akhirnya bertemu Parasurama dan kita semua tahu apa hasil pertempuran mereka. Kartavirya Arjuna kalah total.

==TRIVIA==
• Deskripsi sifat Arjunasasrabahu yang agak hedonis sangat bertolak belakang dengan deskripsi Awatara Wisnu lainnya.
• Meskipun dikatakan merupakan jelmaan cakram Sudarshana, Arjuna menguasai penggunaan semua jenis senjata seperti Parasurama.
• Bentuk Triwikrama Arjuna, mirip dengan Rahwana yakni jumlah tangan yang menjadi berlipat ganda.
• Dalam versi India, Arjuna membendung sungai menggunakan seribu tangannya bukan wujud raksasanya.
• Nama Arjuna kelak juga akan dipakai oleh seorang dari Pandawa Lima.


Semua artikel bersumber dari: 
Le Chateau de Phantasm Official Facebook Fanpage
https://www.facebook.com/LCDP.Official

No comments:

Berita Antar Dunia

Pusat Berita Dunia-Dunia